Menyepi di Sanghyang Kenit

Gua Sanghyang Kenit

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum menyimpan banyak situs purba. Ada tempat-tempat tersemat nama  “sanghyang” di DAS Citarum Purba. Ada Sanghyang Heuleut, Sanghyang Poek, Sanghyang Tikoro, dan satu lagi Sanghyang Kenit. Sanghyang Kenit  boleh jadi situs purba yang paling baru dieksplore. Tetapi keindahan bebatuan dan guanya memberi pengalaman  perjalanan yang tak terlupakan.

Sanghyang Kenit di DAS Citarum

“Baru dibuka sekitar tahun 2019,” kata Dodo Angsapibi, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sanghyang Kenit. Menurut seorang pemandu, Jalal, Sanghyang Kenit barangkali baru ditemukan sekitar lima tahunan lalu. Maksudnya mungkin baru ditemukan untuk sebuah spot wisata. Selama ini situs Sanghyang Kenit tertutup aliran sungai. Namun sejak aliran sungai Citarum dialihkan sebagian ke dam kecil fasilitas tenaga listrik oleh Indonesia Power, kata Dodo, volume air di aliran Citarum tidak sebanyak sebelumnya. Karena berkurangnya volume air itulah yang membuat Sanghyang Kenit muncul kemolekannya.

Batu gamping kapur berwarna putih dan jingga

Dari situs-situs bernama sanghyang, Sanghyang Kenit justru berada di bagian hilir. Artinya dari sisi lokasi dekat dengan jalan, sehingga aksesnya paling dekat dan gampang dicapai. Letak Sanghyang Kenit di Kampung Cisameng, Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat.

Sanghyang bermakna tempat menyepi atau tempat sosok dewa atau leluhur yang disakralkan. Kenit merujuk kepercayaan masyarakat setempat mengenai domba hitam yang ada sabuk putih melingkar. Konon domba kenit itu menjadi persembahan di tempat itu.

Batu purba dan goa

Obyek menarik di situs Sanghyang Kenit adalah bebatuan di sisi tebing sungai Citarum yang berwarna putih dan jingga.  Itulah batu gamping, yang membuat Sanghyang Kenit berbeda dengan situs sanghyang lainnya yang umumnya batu kali yang berwarna hitam. Batu gampir kapur itu terlihat indah, aneka warna, dan berbalut air sungai yang mengalir jernih. Tentu menjadi pemandangan yang memanjakan mata. Dan, sudah pasti menjadi obyek sangat indah untuk tempat berfoto. Duduk memandangi tebing-tebing batu gamping berwarna cerah ditingkahi suara aliran sungai Citarum di tengah hutan Rajamandala, memberikan suasana tak terlupakan kala bersantai atau menyepi sejenak dari keheningan kota.

Celah sempit jalur 600 meter menuju Sanghyang Tikoro

Selain itu, bisa menyusuri goa yang berisi stalaktit, dan banyak dihuni kelelawar. Trek pendek sekitar 200 meter. Kalau trek panjang adalah menyusuri goa sejauh 600 meter. Trek panjang itu butuh persiapan khusus, karena melewati jalur berair, airnya bisa setinggi dada orang dewasa. Jadi butuh alat-alat khusus, seperti lampu penerang dan pelampung. Tentu saja ada pemandunya. Trek panjang ini menuju Sanghyang Tikoro.    

Bisa untuk arung jeram

Kalau suka bermain di air, bisa dicoba bermain arung jeram. Jaraknya ada beberapa pilihan. Misal ada 4 kilometer, ada juga 8 kilometer. Jadi jangan tunda lagi untuk menyepi di Sanghyang Kenit. Oh ya tiket masuknya cuma Rp 8.000.(*)

Foto-foto: Subhan