Sanghyang Heuleut, The Hidden Paradise

Sejak era media sosial, Sanghyang Heuleut sering menjadi unggahan viral di antara para pengelana dan pesiar, khususnya di sekitaran Bandung. Dari sisi keelokan alamnya, Sanghyang Heuleut tak disangsikan lagi.

Hampir bisa dipastikan mereka yang bertandang pertama kalinya akan terkesima. Pandangan mata dipastikan terpesona menyaksikan hijaunya alam hutan, gemerincik air yang dingin dan segar bebatuan geologis yang besar-besar, dan cekungan danau yang tampak hijau. Maka, selalu saja ada hasrat untuk kembali ke sana. 

Sanghyang Heuleut merupakan tempat mandi para bidadari yang turun dari surgaloka atau kahyangan yang memiliki waktu berbeda dengan manusia

Cuma memang tidak mudah mengakses Sanghyang Heuleut. Letaknya tersembunyi di kawasan hutan Rajamandala. Ia harus diakses lewat Jalan Raya Rajamandala-Sanguling Cipongkor. Dari jalan tersebut, Anda perlu waktu untuk sampai di Sanghyang Heuleut. Setidaknya ada dua akses yang bisa dilalui. Pertama, lewat akses power house PLTA Saguling. Dari lokasi ini menyusuri tepian sungai menuju arah hulu. Meski ke arah hulu, tetapi konturnya terbilang landai. Jaraknya kira-kira 5 kilometer. Butuh waktu 1-1,5 jam. Kedua lewat Batu Aki. Jalurnya lebih curam yang agak berat bila untuk jalur kembali. Tentu saja berjalan kaki melalui jalan setapak atau menerabas hutan, karena tidak ada akses jalan. 

Sanghyang Heuleut adalah cekungan di aliran Citarum yang terbendung bebatuan geologis yang besar-besar. Sanghyang Heuleut merupakan danau purba, bagian dari Bandung purba

Meski begitu, sepanjang perjalanan akan mengasyikkan dan menyegarkan. Menikmati jalan setapak dengan kiri kanan hutan yang masih perawan akan memberikan suasana yang menyenangkan. Melewati bebatuan sambil menghindari terkena air sungai tetapi justru terpeleset atau tercebur ke sungai bisa jadi malah menerbitkan keriangan dan pengalaman tak terlupakan. Belum lagi terdengar suara-suara satwa seperti burung atau kera ekor panjang seakan menyajikan nyanyian alam. Rasanya jalur trekking itu justru mengasyikkan dan menyehatkan.

Akses ke Sanghyang Heuleut memang tidak mudah. Letaknya tersembunyi di balik rimbunnya hutan. Jadi, begitu sampai di Sanghyang Heuleut bisa dipastikan “terbayar” semua kesulitan dalam perjalanan. Itulah Sanghyang Heuleut yang terletak di aliran Sungai Citarum Purba. Sanghyang Heuleut adalah cekungan di aliran Citarum yang terbendung bebatuan geologis yang besar-besar. Sanghyang Heuleut merupakan danau purba, bagian dari Bandung purba. Airnya tampak hijau kebiru-biruan. Rasakan segarnya sensasi berenang di air nan jernih itu. Untuk obyek swafoto, Sanghyang Heuleut sangat instragamable. Tak heran banyak wisatawan bertandang ke Sanghyang Heuleut dan langsung jeprat-jepret selfie. Terutama di akhir pekan, tempat itu ramai dikunjungi wisatawan. Usahakan jangan berkunjung saat musim hujan, karena airnya keruh dan tampak agak kecoklatan karena limpahan air dari hulu. Untuk latar selfi kelihatannya kurang asyik. Tetapi soal dingin dan segarnya, Sanghyang Heuleut menyenangkan dikunjungi kapan saja.

Lantas apa arti Sanghyang Heuleut? Dalam bahasa Sunda, “sanghyang” bermakna tempat suci dan “heuleut” berarti selang atau jeda antara dua waktu. Ada kepercayaan bahwa Sanghyang Heuleut merupakan tempat mandi para bidadari yang turun dari surgaloka atau kahyangan yang memiliki waktu berbeda dengan manusia. Ini bukan soal dipercaya atau tidak. Tetapi, namanya saja mitos yang biasa melekat di banyak tempat di negeri tercinta ini. Jadi, buat apa menunda lagi mengunjungi dan menikmati kesejukan, keelokan, kesunyian the hidden paradise itu…(*)

Airnya tampak hijau kebiru-biruan. Rasakan segarnya sensasi berenang di air nan jernih itu.